Cerita Pendek "SI CANTIK"
SI CANTIK
Bangun!!!....Semua bangun”, teriak seorang Pembina asrama dari lantai bawah. Sedangkan aku berada di lantai atas bersama kawan-kawan seangkatan, karena pembagian tempat tidur yang mewajibkan untuk kelas XII berada di lantai atas sebagai senior. Tetapi menurutku itu salah besar, karena justru ketika kelas XII berada di lantai atas, akan sangat sulit untuk bangun pagi. Sumber-sumber pemalas ada di sana. Aku masih terlelap dan masih ingin berkelana dalam dunia bawah sadar. “Oe babi, bangun!!”, seruan itu tepat sekali di telingaku. Aku hampir melompat dari tempatku karena kaget. Aku melihat sekeliling, ternyata tinggal aku saja di sana bersama si Pembina asrama yang killer itu. Aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk sekedar membasuh muka, agar terlihat segar sedikit. “Cepat, jangan sampai terlambat” teriak si pembina asrama dari pintu asrama, ketika aku bergegas ke kapela. Aku pun mengikuti instruksinya, untuk berlari kecil saja, agar lebih cepat sampai di kapela, yang jarak 200meter dari asrama. Sesampainya di kapela, misa belum di mulai. Aku segera mecari tempat duduk paling belakang, di pojokan, dan harus berada di belakang orang yang paling tinggi. Lalu membuat posisi tidur yang pas, untuk melanjutkan tidur yang terpotong tadi.
* * *
Sepulang dari pantai kemarin,
hatiku selalu berdebar-debar ketika teringat wajah cantik wanita yang kulihat
di pantai, karena kami sempat bertukar senyum. Mulai muncul rasa penasaran
terhadap si wanita cantik itu. Ada rasa kecewa juga, karena belum sempat berkenalan.
Itulah yang aku rasakan sekarang, perasaan tak karuan. Berbagai macam
pertanyaan muncul dari pikiran yang tidak jelas ini, ‘apakah dia sudah punya
pujaan hati?’, ‘apakah di sering ke sana?’, atau ‘dimanakah ia berkuliah?’. Dan
banyak lagi pertanyaan yang muncul. Makan mulai tak nafsu, tidur tidak nyenyak,
bingung mau apa buat sekarang. Hanya satu yang bisa menenangkan pikiran, yaitu
harus memikirkan dia. Inikah pertanda aku sedang jatuh cinta aku tidak tahulah.
Aku pun punya rencana untuk kembali lagi ke sana sebentar malam, kebetulan
malam ini malam minggu. Aku pun langsung bergegas ke kos kawanku, Lipooz. “Bro,
katong pi Oesapa lai”, kataku ketika sudah masuk di kamarnya. “Okay, gaskeun”,
serunya bersemangat, karena hari ini memang tidak ada kuliah. Tugas kuliah pun
sudah selesai. Lalu kami mulai bersiap-siap, rapi-rapi. Tak lupa mandi dulu to,
supaya lebih segar. Sesampainya di sana, aku dan kawanku segera mencari tempat
yang paling cocok untuk menikmati senja. pada saat itu pula, tepat di sampingku,
duduk si gadis cantik. Mungkin pertanda jodoh. Hati semakin berdetak tak
karuan. Hampir copot rasanya. Kali ini si gadis tidak hanya tersenyum, tetapi
mendekat ke arah ku. “Lu suka senja juga?”, katanya tapi tak menoleh. Ia masih
asyik dengan keindahan senjanya. Aku tak berkutik, ragu, cemas, takut, senang
bercampur aduk tak menentu. “Iya” jawabku singkat, karena tidak tahu bagaimana
menjawab yang baik dan benar. Sekali-kali ia memotret senja yang mau tenggelam
dengan kamera Canonnya. “Be paling suka melihat senja yang nampak
setengah sa, ketika sebagiannnya sudah tenggelam dan menyisahkan sebagiannya di
atas laut. Itulah keindahan yang paling be suka dar senja”, katanya. Kali ini
dia menoleh ke arahku. “Beta Ratna, lu nama sapa?”. Katanya penuh akrab seperti
sahabat lama. Tapi aku berusaha untuk terlihat akrab juga, walupun rasa gugup
sudah meraja di dada. “Beta Lanur”, jawabku sambil tersenyum ramah ke arahnya.
Ia mengajakku untuk berfoto di pantai, sebelum senja tenggelam seutuhnya. “Ayo
katong foto bersama, ajak lu pung teman tu”, sambil bangkit dari duduknya. Aku
pun mengajak Lipooz untuk berfoto bersamanya, banyak pose yang dibuat hingga
matahari benar-benar tenggelam, menyisahkan warna kekuningan dengan bercampur
gelap. Setelah itu, aku mengajaknya untuk menikmati kopi. “Lu sond langsung
pulang to?”, tanyaku mulai akrab, dan rasa gugup mulai hilang. “Sonde, kenapa?”
jawabnya sambil masih melihat hasil potretnya. “Suka kopi?” tanyaku lagi. Ia
hanya mengangguk, dan kemudian mencari tempat ngopi yang bagus. “Katong pi sana
sa, keknya bagus ngopi sambil melihat laut” aku langsung berjalan ke tempat
yang kumaksud, dan langsung diikuti oleh mereka. Lalu kami memesan kopi, sambil
menunggu kopi, kami bertukar cerita. Malam minggu kali ini sangat berbeda dengan
yang kemarin. Kami bercerita banyak, tentang senja, cinta, danbanyak hal
lainnya. Hingga hari semakin larut. “Bisa minta nomor WhatsApp ko kk?”, kataku
sebelum ia pulang. Ia memberikanya, langsung ku save. Rencana besok,
harus dimulai sudah pendekkatan yang pasti.
Hubungan kami semakin erat, hanya
belum menjadi sepasang kekasih. Hampir setiap malam minggu aku selalu ke
rumahnya untuk menjemputnya. Dan kemudian menikmati senja dan menyeruput kopi
ketika matahari sudah benar-benar tenggelam. Bercerita banyak hal, masa- masa
SMA. Kadang juga masalah terkait perkuliahan juga bisa dijadikan bahan
pembicaraan. Hingga di suatu malam Minggu, menjelang Natal. Aku hendak
mengungkapkan perasaanku kepaadanya. Malam itu bintang-bintang terlihat
gemerlap. Aku mengajaknya berjalan di sepanjang pesisir pantai sambil bercerita
lucu dan kadang gombalan juga keluar. Hingga akhirnya, “Rat, be mo omong serius
ni” kataku dengan hati-hati agar tidak terpeleset, kata-kata maksudnya. “Yah.
Omong sa” jawabnya santai. “Sebenarnya be su suka deng lu sejak pertama katong
ketemu di sini. Be sayang lu, be sond main-main. Be serius ni. Be mo katong
sond hanya berteman sa, tetapi lebih dar itu. Lu mo ko sonde jadi be pung
pacar?”, agak terbata-bata aku mengatakannya, takut salah kata. Ia menoleh
danlangsung menjawab….
* * *
“Kae, bangun sudah. Misa sudah
selesai”, tiba-tiba seorang adik kelas membangunkanku dari tidur yang teramat
panjang itu. Aku menggeliat dan tersenyum. Entah apa yang terjadi, hatiku
sangat bersukacita dan bahagia. “Makasih ew, sudah membangunkan saya”, kataku
kepada adik kelas itu. “Iya kak, sama-sama”, jawabnya dan aku langsung pergi ke
asrama untuk menyegarkan diri dengan mandi. Lalu melakukan kegiatan sekolah dan
asrama seperti biasanya. Tetapi kali ini lebih bersemangat dari hari-hari
sebelumnya.
Matani, 06 Oktober 2021
Media Sosial
Facebook: https://www.facebook.com/dicky.ngantuputra.7
Whatsapp: https://api.whatsapp.com/send?phone=6282145324579
0 Response to "Cerita Pendek "SI CANTIK""
Posting Komentar