Kau Tersenyum, Aku juga Ikut Tersenyum

 

Lalu kau tersenyum di sepanjang lorong itu, setelah aku menceritakan semua rasa yang kumiliki padamu. Entah apa maksud senyum itu, mungkin sebuah rasa lucu ataupun hanya sebuah sindiran pada diriku yang terlalu percaya diri, sampai-sampai mengagumi dirimu yang bahkan malaikat juga mengira kau adalah salah satu dari mereka. Aku hanya mengira sudah mulai ada tanda-tanda bahwa kau juga sudah mengagumiku, atau mungkin hanya perasaanku saja. Kau pun membalikan badanmu, lalu kembali tersenyum kepadaku. Aku membalasnya dengan sennyum paling tulus yang kumiliki, mungkin kau sudah mulai berani menunjukkan perasaanmu padaku. Kau wanita yang kupuja sejak perjumpaan pertama, aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama denganmu.

Aku lalu mendekatimu lagi dengan berlari perlahan ke arahmu, aku memegang tanganmu lalu menatap bola matamu, Aku melihat gambaran diriku yang begitu luas dalam bola matamu. Aku bahkan bisa melihat pada bola matamu itu, bahwa kau sudah mulai bertanya-tanya tentang diriku. Aku sudah menyiapkan jawaban terbaikku untuk itu. Dalam bola mataku kau bisa melihatnya dengan begitu jelas bahwa gamabran dirimu sudah bukan lagi garis pingfir tetapi sudah menjadi jalur utamaku. Keindahan bola matamu juga kadang mebuatku tersipu, tapi untuk kali ini saja harus bisa menahannya.

‘Aku betul- betul mencintaimu, maukah dirimu menjadi kekasihku, Yanuaria?’

Hanya senyuman yang kau berikan, lalu perlahan dengan anggukan ragu tapi perlahan juga anggukan itu menjadi kepastian.

‘Aku juga mencintaimu Mahardika, kuberikan sebagian waktuku ke depan untuk dirimu, semoga kau bisa menjaganya untuk menjadi selamamnya’

Jawaban yang kau berikan tidak masuk dalam tebakan yang kubuat beberapa malam terakhir. Aku menganggap mungkin kau belum memberikan jawabanmu. Tapi kau menyakinkanku dengan senyuman yang aku belum dapatkan dalam setiap mimpiku tentangmu akhir-akhir ini. Senyum yang baru pertama kali kau buat dari sekian senyum yang kau berikan kepadaku sebelumnya.

Aku dengan senyumku yang biasa-biasa saja, tetapi dengan kegirangan yang baru. Muali merasakan denyutan nadi yang perlahan-lahan semakin kencang. Serentak, aku langsung memelukmu dan aku melihat ternsenyum Bahagia, kau perlihatkan senyuman itu lagi, yang membuat para bidadari dan malaikat iri dan mengira kau adalah salah satu dari mereka. Lalu kugandeng tanganmu untuk bersama-sama menyusuri lorong itu sampai keujungnya, dan disana aku bersama kekasihku menikmati senja yang perlahan menyembunyikan diri dengan menitip kisah paling indah sore ini.

Aku mengajakmu untuk terus bergandengan untuk menyusuri taman bunga di samping gereja itu. Aku berhagia, ku dengar alunan lagu dari Raim Laode, Komang. Dalam liriknya, sebab kau terlalu indah dari sekedar kata, dunia berhenti sejenak menikmati indahnya. Dalam setiap bait-bait lagu itu aku bisa melihat kaulah Komang yang hendak dijelaskan oleh Raim pada lagunya. Komang buat Raim, tapi Yanuaria tetap untuk aku.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kau Tersenyum, Aku juga Ikut Tersenyum"