KAMPUNG KENDE: KAMPUNG TAPI BUKAN KAMPUNGAN

Foto kampung Kende:MassLanur


Sebelum anda membaca tulisan ini, pastikan anda memang ingin membacanya, bukan hanya sebagai tempat pelampiasan, seperti mantan pacar yang hanya menyisahkan luka saja untuk anda yang tidak tau diri mau pacarana dengan orang yang tidak selevel dengan anda. Hanya awalan saja, inti tulisan ini bukan tentang pacarana ataupun tentang cinta, ini tentang sebuah kampung di pelosok Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Sebuah kampung yang membuat saya tumbuh hingga menjadi sampai sekarang, walaupun saya tidak seutuhnya besar di sana, tetapi saya lebih banyak merasakan situasinya. Kampung Kende, itulah tempat saya dibesarkan, bukan sombong orang-orang hebat juga datang dari kampung ini, walaupun Namanya tidak membooming, akan tetapi cukup kampungnya saja yang disebutkan, ‘Ata Kende’ begitu orang menyebutnya.  Sebelum saya menjelaskan situasi dari kampung Kende ini, saya ingin menjelaskan lokasi kampung Kende.

Kampung Kende berada di pelosok Manggarai, Desa Satar Luju, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Kampung ini berada wilayah selatan Kabupaten Manggarai, dan di wilayah selatan kampung Kende berada di kaki bukit. Kende memang berada di kaki bukit, akan tetapi bukan berarti jauh dari pantai seperti kota Ruteng. Waktu yang ditempuh untuk sampai ke pantai hanya 15 menitan dengan kendaraan roda dua, akan tetapi akan lebih indah pemandangannya apabila kita berjalan kaki ke sana, waktu yang ditempuh sekitar 1 jam-an. Dalam perjalanan menggunakan kendqaraan roda dua ataupun roda empat, kita akan menjumpai pemandangan sawah yang sangat indah. Warna hijau padqa saat ‘musim rede’ dan warna kekuningan pada ‘musim ako’. Tak kalah indah juga ketika ditempuh dengan berjalan kaki, kita akan melewati hutan yang tak kalah indahnya, dengan suara kas dari burung-burung serta binatang hutan lainnya.

Saya tidak terlalu mendetail tentang lokasi kampung Kende, akan tetapi perlu saya samapaikan bahwa ketika anda menatap dari jauh, melihat kampung Kende, seperti hutan yang tidak berpenghuni, akan tetapi ketika memasukinya anda akan sangat tercengang dengan situasi yang sangat ramai. Kampung bukan seperti dalam bayangan anda, tentang suku primitive di pedalaman Papua, atau dimana pun itu. Kampung Kende sanagt mengikuti zaman, perkembangan yang ada di luar kampung sangat berkembang pesat di sana. Sebelumnya, saya tekankan bahwa di Kampung Kende ini, belum dialiri listrik dari Perusahaan Listrik Negara. Jangankan jaringan internet bahkan jaringan telpon pun sulit didapat, kita harus mencari tempat tinggi, pohon, atau di daun jendela rumah (regel). Kekurangan ini tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat untuk maju, bahkan masyarakat kampung Kende sudah memahami gadget itu sendiri, dan setiap orang pun sudah memiliki gadgetnya sendiri, walaupun dengan kekurangan daya listrik dan jaringaan yang sulit didapat, masyarakat kampung Kende masih bisa up to date.

Globalisasi yang terjadi bukanlah tantangan bagi masyarakat kampung Kende, karena mereka sudah menyiapkan dengan semaksimal mungkin akan adanya perkembangan globalisasi yang pesat. Saya katakana sekali lagi, bahwa kampung kende bukan kampungan. Orang-orang yang berada di sana adalah orang-orang yang bersiap untuk bersaing dengan siapa pun, dalam hal-hal positif. Anda yang pertama kali berkunjung ke kampung Kende akan tertawa terpingkal-pingkal karena ketika dilihat dari jauh dari arah pantai, di sana tidak ada orang yang menepati karena terlalu di pelosok yang sulit dijangkau. Bahkan orang akan bependapat, bahwa wilayah sawah yang luas adalah batas utara dari kampung Kende, akan tetapi itu sebenarnya hanya ujung Selatan yang bahkan orang Kende pergi ke sana hanya untuk bekerja,untuk tempat tinggal mereka akan pulang ke rumah di kampung Kende dan luas. Wilayah persawahan yang luas itu, hanya sebagaian kecil dari wilayah kampung Kende.

‘Sangat norak’, begitu istilah dari artikel yang saya baca, itu saya katakana bagi mereka yang mengaanggap kampung Kende adalah kampung kolot tak memiliki kemajuan, perlu anda ketahui dengan seksama bahwa kemajuan yang didapat di tempat anda hanya dari sudut infrastuktur saja, bukan dari cara berpikir. Saya sebagai orang Kende bangga dengan kemampuan berpikir yang maju dari masyarakat kampung Kende. Infrastruktur butu dana dari pemerintah dan kami hanya terlambat mendapatkannya, akan tetapi kemajuan berpikir kami telah lebih dulu dan mampu bersaing dengan siapapun itu.   

Berbicara soal Pendidikan, kampung Kende tak kalah saing bahkan lebih unggul dari yang lain. Lembaga Pendidikan yang ada di kampung Kende hanya sebuah Sekolah Dasar, yakni SDK KENDE. Untuk setiap olimpiade, lomba apapun itu, dari SDK KENDE pasti banyak mengunggulinya. Lomba tingkat gugus hanya menjadi sarapan pagi mereka, tingkat kecamtan pun sudah bisa dilewati, tingkat kabupaten kalah bersaing sedikit saja, tetapi utusan dari SDK KENDE selalu bisa melewati tingkat kecamatan dan bersaing di tingkat kabupaten. Sekolah favorit seperti Seminari Kisol, Seminari Yohanes Paulus II, SMP/SMA St. Klaus Werang dan SMPK/SMAK St. Fransiskus sudah bisa menghasilakan lulusan dari SDK KENDE. Sekali lagi saya katakan kampung Kende bukan kampungan, hanya di pelosok tetapi bukan berpikir merosot.

Salam Sastra


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KAMPUNG KENDE: KAMPUNG TAPI BUKAN KAMPUNGAN"